awakening

Sabtu, 02 Januari 2010

pelangi untuk anggia

Anggia Namanya, cantik, tertutup, penampilannya sederhana dan sedikit bicara.
Tak pernah kusangka sebelumnya, dapat mengenalnya lebih jauh. Padahal tak terbersit sedikitpun untuk dapat mengenalnya, karena memang suatu yang mustahil untuk menjadikan dia sahabat dekatku, Anggia dan aku terpaut perbedaan yang tak sedikit.
Ada harapan yang kusimpan setiap kali Anggia melewati tempatku bekerja. sebuah harapan yang miris dan kemungkinan untuk terjadi harapannya kecil sekali, sebuah harapan untuk menjadikan dia teman dikala senang maupun sedihku.


***
Hari ini akhir Ujian Nasional untuk Sekolah Tingkat Menengah Atas. setelah ujian berakhir, seperti hari- hari biasanya Anggia pulang sendiri tanpa seorang temanpun yang menemaninya pulang. Dengan diamnya Anggia pulang, langkah demi langkahnya menyimpan rahasia dan setumpuk beban yang menyesakkan hatinya.
Kulihat setumpuk buku mata pelajaran yang dia dekap dengan kedua tangannya begitu erat, tanpa terasa aku memperhatikannya. Memperhatikan bagaimana dia melangkah, tertuduk ataupun berapa jumlah tumpukan buku dalam dekapannya.
Dengan gayanya yang begitu misterius dia menatap kearahku dengan sorot matanya yang tajam. Dia hanya diam, seakan bertanya- tanya kenapa aku memandanginya dengan penuh curiga dan keheranan.
Aku tersenyum menatapnya. Ah, semakin bahagia dan bercampur penasaran hatiku, meskipun senyumanku tak dibalasnya. Anggia begitu terlihat Anggun nan cantik.
Hatiku seakan penuh tanya: ” adakah sebuah nama yang terukir indah dihatinya ? ”.
Keangkuhan yang kulihat nyaris membuatku runtuh dan takut, tapi kucoba untuk melawan hatiku.


***
Setelah peristiwa itu, Anggia tak pernah lagi terlihat, Entah sudah berapa pekan sosok gadis cantik itu tak pernah terlihat lagi melewati jalanan sepi dihadapanku, ketidakhadirannya menjadikan sepi bagiku. Sorot matanya yang tajam masih kental membekas dalam bayanganku, masih saja terasa baru kemarin dia lewat dihadapanku.
Waktu terus bergulir dengan cepat, aku masih saja terlarut dengan kesibukanku untuk bekerja.. sosok yang tak mungkin datang itu sudah mulai dapat kuhalau dari fikiranku.


***
Akhirnya ..Sebuah kenyataan yang tak disangka. Anggia, gadis misterius itu datang ketempatku bekerja, ada kepentingan kecil yang membuatnya datang.
Pertemuan itu menjadi sebuah awalan persahabatanku dengannya.
Jalannya terasa mudah memang, kami saling berbagi cerita seakan saling menempatkan kepercayaan kami masing- masing pada sosok sahabat yang memang baru saling kenal.
Kuawali dengan ceritaku, kumulai mau untuk membuka diri. Semua hal mengenai hidupku kuceritakan pada Anggia, semua kenangan indah maupun pahitku kuceritakan dengan lugas, sembari mengingat dan menerawang masa- masa yang kulewati. Untuk memastikan bahwa tak ada satu ceritapun yang terlewatkan untuk Anggia.
Begitupun dengannya, Anggia menceritakan semua hal tentangnya. Meskipun ada beberapa hal yang masih tak kumengerti, itulah Anggia.... sosok gadis yang masih menyimpan rahasia.
Masih saja ada beberapa hal yang tak diceritakan jika tak kumulai dengan sebuah pertanyaan.
Beberapa ceritanya membuatku semakin takut untuk maju melangkah kedepan, tak kusangka sosok gadis belia itu begitu banyak menyimpan beban dalam hidupnya, membuatku mencerna tiap kisahnya. Sebuah kekuatan baru untukku, sebuah kekuatan untuk selalu tegar atas sebuah kenyataan yang tak sejalan dengan harapan.
Tiap hari aku dan Anggia saling menempatkan waktu untuk menceritakan hal- hal baru, yang kami lalui masing- masing.
Ada seberkas hati yang kusimpan untuknya, Anggia pun menyadarinya. Hanya saja sosoknya yang begitu berfikir logis membuatnya berfikir lebih dewasa untuk menyadari harapan yang kusimpan untuknya. Dan Anggia tetap teguh pada hatinya yang dulu, seberkas hati yang tak mungkin ia tinggalkan.
Bagiku, Anggia begitu megah dan indah... untuk melewati masa lalunya merupakan sebuah harapan yang tak kan mungkin terwujud, sebuah harapan kosong.
Pertanyaan yang kusimpan dulu, terjawab sudah. ”sebuah nama telah terukir dihatinya”, sebuah nama yang begitu sempurna melekat dalam hatinya.
” Evan” itulah nama seorang pria yang masih menghiasi hari- hari Anggia, sebuah nama yang begitu menghancurkan tiap harapan yang kusimpan untuk Anggia. Dialah seorang lelaki yang t’lah menaklukkan hati kokoh seorang Anggia, dialah seorang lelaki yang telah bercampur menjadi udara sejuk yang Anggia hirup setiap waktu, yang merupakan segalanya untuk Anggia. Tak dapat kusangkal semua kenyataan itu...
Meskipun begitu, aku dan Anggia masih tetap saling berbagi cerita. Seakan sebuah persahabatan itu tak kan lekang oleh waktu, jarak ataupun orang lain sekalipun.
Kami saling berkomitmen untuk saling menjaga, sampai akhirnya menemukan kebahagiaan kami masing- masing.
Setelah melewati masa Ujian Nasional itu akhirnya Anggia berpredikat ”lulus” juga, walaupun sempat tersendat ditengah jalan.
sampai akhirnya Anggia memilih salah satu Universitas ternama dikota Kabupaten, yang terasa cukup jauh bagiku untuk bertatap muka dengannya.
Aku dan Anggia pun saling menyadari betapa semakin sibuknya hari- hari yang dilalui masing- masing, terutama kesibukannya mengikuti mata kuliah. hingga komitmen itu pun terasa terlupakan, seperti sebuah musim yang datang dan berganti begitu cepatnya ... secepat Anggia datang dan pergi dari kehidupanku.



***
Dengan hari ini, sudah hampir 5 pekan Anggia tak pernah menemuiku. Entah menghilang kemana sosok gadis cantik itu.
Tak seperti akhir pekan yang lalu, dimana Anggia selalu menyempatkan waktu untuk menemui sahabatnya ini. Menyempatkan waktu untuk menemuiku diakhir pekan kuliahnya.

” .... Hingga sampai saat ini waktu terasa bergulir begitu cepatnya ... ”

Tak terasa tiap hari kukembali menghiasi hari-hariku tanpa udara yang berwajahkan Anggia lagi. Serasa hampa dan tak banyak harap yang kusimpan dalam hatiku. Begitu lelahnya kehidupan yang Anggia jalani, hingga keras hati itupun kembali menjadi bagian dari sosok gadis misterius itu. Seorang gadis yang kukenal dari persamaan nasib yang kelam.

.... ” jangan ngasih kabar dulu sebelum aku duluan yang ngasih kabar ” ....

Itulah pesan singkat yang terakhir Anggia tulis untukku. Seakan menutup sebuah kisah, memutuskan ikatan dan menghentikan langkahku untuk selalu ada disampingnya.

Harapanku.... semoga Evan tahu, betapa begitu sangat Anggia mencintainya, melebihi dari apapun yang Anggia punya. Walaupun aku tahu betul, evan telah membekaskan luka dihati gadis cantik itu.
Semoga Anggia menyadari bahwa dia pantas mendapatkan sesuatu yang lebih baik dan lebih istimewa dari apapun.

..... ” yakinku, suatu saat ada pelangi yang selalu dapat tersenyum penuh warna untukmu ”.....
....... Anggia-ku .....